Jumat, 19 November 2010

Obrolan bersama teman wanita

Siang itu, saya dan teman wanita saya dikantor, makan di luar kantor. Ya, seperti biasa, bosan dengan makanan dikantor atau memang butuh udara segar alias cuci mata. Dan memang saya kebetulan ingin membeli hadiah. Jadilah saya dan teman wanita saya berjalan ke mal yang dekat kantor.

Karena memang tidak niat belanja banyak...hahaha jadi saya tidak terlalu lama mencari barang yang saya inginkan. Selain itu perut kami pun sudah mulai berbunyi. Ya ya ya artinya memang kami harus mengisi perut. Makan siang ditengah uang juga pas-pasnya tetapi selera tinggi, kami memilih sebuah resto yang terlihat cozy dan ada menu soto ayam yang panas.

Sambil menunggu pesanan kami datang, obrolan ringan seputar rumah tangga dan anak mengalir ringan saja. Kebetulan saya dan teman wanita saya adalah tipe wanita tegas, wanita yang serba bisa dan mandiri. Wanita tangguh, wonder women begitu julukan dari suaminya untuk saya, kalau ia sedang kesal dengan kemandirian saya.

Cerita pun mengalir, dari kerinduan kami berdua, untuk hang out, makan di resto yang enak, layaknya seperti kami ketika single bisa makan di sini, makan di sana, icip restoran A, restoran B...dan setelah menikah punya anak, rasanya kegiatan itu jauh dari pandangan kami.

Bukan karena materi saja yang menjadi alasan, alias terlalu boros bila harus setiap minggu hunting resto, tapi dibalik itu, alasan anak menjadi satu hal yang tidak bisa lepas. Menurut teman wanita saya, sedih rasanya bila seorang ibu bisa menikmati makanan ini itu tapi tidak bersama anak. Rasanya tidak lengkap. Bagaimana dengan saya? Mm...saya setuju dengan hal itu. Memang benar, sejak punya anak, kalau sedang keliling mal, yang ada hanya ingin membelikan Janet ini itu, keinginan saya bukan lagi prioritas. Lewat sudah jaman mengejar diskon untuk sebuah sepatu cantik atau rela menghabiskan gaji satu bulan untuk membeli tas manis dengan label.

Obrolan pun semakin lebar dan kami sama-sama memahami, terkadang menjadi wanita mandiri tidak selalu baik untuk sang nahkoda rumah tangga. Ada saatnya mungkin, kami sebagai wanita mandiri, bersikap lebih manja dan terlihat lemah, tidak mampu. Tapi baru terbersit beberapa detik saja, langsung dengan kompak kami, sepakat...terlihata lemah? duh bukan kita banget ya!!!
Sontak kami tertawa dan seakan kami mengiyakan bahwa itu benar.

Usia pernikahan saya dan teman wanita saya jauh, saya baru punya Janet usia 15 bulan, sedangkan dia sudah punya dua anak yang lucu dan sudah bersekolah. Tapi setidaknya dua wanita yang sedang bicara siang itu adalah dua wanita yang harus belajar untuk tidak selalu berdiri dengan kakinya sendiri. Setidaknya kemandirian dua wanita itu bisa dipahami oleh pasangan kami, bahwa kami tidak selamanya mampu dan tangguh. Kami pun perlu dipahami. Bukan segala sesuatu tergantung kami.

Tidak terasa, hampir jam2, sungguh tidak terasa. Obrolan dengan teman wanita memang mengasyikan apalagi bagi saya yang baru seumur jagung menjalani hidup berumah tangga. Masih panjang perjalanan dan kisah saya di depan. Setidaknya siang itu kami belajar, ada saatnya kami memang harus ditopang dan kalianlah yang berinisitif hai para pria.

Cinta adalah kekuatan
Toleransi adalah ruang tanpa batas
Cinta dan toleransi adalah kekutan tanpa batas ruang dan waktu
Kami, wanita sangat penuh dengan cinta dan tolerasni
Kami, wanita tidak selalu harus menjadi sumber inspirasi
Kami, wanita tidak selalu menjadi penyelsaian masalah ketika tidak ada pembantu, ketika si kecil masuk sekolah, atau ketika kas negara dalam rumah tangga dalam siaga 3
Kami, wanita hanyalah sumber kekuatan dengan cinta dan toleransi untuk kalian, lelaki yang menjadi pendamping seumur hidup kami.
Jadilah lelaki bukan pria

love you my husband

Kamis, 18 November 2010

Janet Liburan ke Taman Mini

Rencana liburan kali ini memang sudah saya dan suami rencanakan jauh jauh hari. Ya bulan lalu tepatnya.

Setelah saya selaku menteri keuangan hitung menghitung...Puji Tuhan tepat beberapa hari lalu, ada REJEKI. So jadi deh Janet ke TMII. Hore


Sejak dua hari lalu, bapaknya Janet sudah sibuk mempromosikan kalau Janet mau jalan-jalan. "Ayo siapa yang mau liat ikan di Taman Mini?" ujar bapaknya. Ini memang kami biasakan sejak dini untuk melibatkan Janet dalam setiap aktivitas, maksudnya sih biar Janet belajar untuk manager plan yang baik seperti saya. (memuji diri sendiri.com).


Menu utama ke TMII adalah kunjungan ke Museum Laut Tawat dan Istana Anak-Anak dan piknik. Maksudnya saya mau ajak Janet piknik, gelar tikar dan makan bekal yang dibawa dari rumah. Jadi ingat jaman saya kecil, dimana orangtua saya acapkali mengajak kami piknik dengan menu sederhana ayam goreng dan mie goreng. Sederhana namun hingga usia saya yang hampir kepala tiga, momen itu masih tersimpan baik sekali.


Hari Rabu, tepat hari raya idul adha, Janet jalan-jalan. Janet pakai kacamata hitam, celana pendek putih dan kaos ungu serta sepatu merah yang baru saya belikan. Puji Tuhan, Janet senang sekali. Sayang sekali, di perjalanan Janet tidur hingga sampai di Museum Laut Tawar. Hiks, kok tidur sih nak? hehehe apa karena usia 5 bulan kamu pernah ke sini ya? Tapi masa kamu masih ingat? Iseng, saya bangunkan Janet....masa moment foto-foto gendong Janet tidur, gak gaya banget deh :)


Akhirnya Janet bangun dan menikmati semua perjalanan itu. Bahkan ekpresi senangnya tidak bisa ditutupi...hampir semua foto menampilkan wajah Janet yang tertawa bebas. Mungkin dalam pikirannya...HORE aku bebas bisa lari sana jalan sini jalan sana tanpa batas ruang...hihihi.


Dan acara piknik pun berjalan seru, Janet makan pakai mie goreng dan ayam goreng bacem..WOW!!!! Sebelum pulang kita mampir di Istana Anak-Anak. wahana yang lama sekali tidak saya kunjungi. Tidak banyak berubah namun saya banyak yang tidak terawat...dan lagu-lagunya di Istana Anak-Anak bukan lagu anak-anak. MENYEDIHKAN!!!


Jelang sore, kami pun pulang dan Janet tetap saja masih dengan semangat 45....Baterenya masih full.

Malam hari, sebelum tidur, Janet masih saja mengajak bermain, kami pun main rumah-rumahan ala selimut dan lomba gaya kodok. Dan Janet tertawa terbahak-bahak.


Janet benar-benar anak yang menyenangkan. Sesuai doa saya, "biarkan Janet menjadi sukacita dan berkat bagi banyak orang". Terimakasih Tuhan untuk liburan yang menyenangkan.

Selasa, 09 November 2010

Panggilan Mamak dari Janet


Sejak dalam kandungan, saya selalu berdoa, bisa menyaksikan sendiri moment kepandaian buah hati saya. Mengapa saya meminta hal tersebut? Karena banyak cerita saya dengar dari teman-teman khususnya teman yang bekerja, seringkali mereka terlewatkan momen saat si kecil mulai pamer kepintaraan. Dari cerita mereka, saya menangkap kesedihan dan kekecewaan, tapi apa dikata memang konsekuensi sebagai ibu dan wanita bekerja seperti itulah.
Belajar dari cerita teman-teman, saya mencoba dan berusaha untuk bisa melihat dan menikmati setiap momen indah dalam perjalanan tumbuh kembang anak saya, Janet Naulita Christabel. Dan sejak dalam kandungan saya sudah berucap, “Nak, kalau mau pamer kepintaraan di depan ibu ya.”
Janet tumbuh sebagai bayi yang sehat dan aktif. Sejak usia satu bulan, kepalanya sudah kuat untuk diangkat-angkat, usia dua bulan mulai belajar tengkurep, meski belum bisa membalikkan badan sendiri. Usia empat bulan, Janet mulai belajar membalikkan badan, dan diusia lima bulan, ia sudah bisa duduk sendiri. WOW...rasanya semua itu indah dan saya bisa melihat sendiri semua aksi pamer kepandaian itu.
Usia sembilan bulan, Janet mulai belajar mengucapkan kata-kata meski belum jelas benar. Namun, ada satu kata yang sangat jelas ia sebut, Janet bisa memaggil “Pak”, untuk sebutan bapak. Saya dan suami yang saat itu memang mendengar sendiri, terharu dan bangga. Tetapi dihati kecil saya, sempat merasa sedih dan kecewa.” Kok Janet memanggil pak, bukan ma untu mama. Saya kan yang lebih banyak waktu bersama Janet.” Tapi sudahlah yang penting momen kata pertamanya tersebut tidak terlewat bagi saya dan suami.
Berjalan waktu, dan usianya, Janet semakin pandai bahkan ia sudah bisa memanggil bapak dengan jelas, dan tetap saya ma atau mama tidak terucap dari bibir mungilnya. Sedih dan sedih. Itulah perasaan saya. Dikala Janet tidur, saya sering membisikkan di kupingnya, “Janet, ini mama. Mama sayang Janet. Ayo dong nak, mama ingin sekali mendengar kamu memanggil mama.”
Saya menunggu dan menunggu waktu mendengar Janet memanggil saya mama. Namun, saat Ulang Tahun Pertama Janet, tetap saja kata mama tidak terucap. Hanya bapak dan bapak. Tetapi kesedihan saya bisa terobati karena momen langkah pertama Janet bisa saya kembali lihat sendiri. Ya, tepat di usia Janet satu tahun, ia berjalan sendiri, dengan kakinya yang mungil menuju saya dengan senyumnya yang lebar dan memeluk saya. “Terimakasih Tuhan”. Ucapku dalam hati. Sungguh ini momen yang tidak pernah saya lupakan.
Saya pun tidak lagi memaksakan waktu untuk saya dapat mendengar Janet bisa mengucapkan mama. Meski jujur, saya iri dengan suami, sebab, Janet sudah bisa menyebutkan bapak dengan jelas dan bagi saya terdengar sangat indah tapi miris. “Kapan giliran saya ya?”
Dan tibalah momen yang saya nantikan itu. Beberapa hari yang lalu, saya bermain bersama Janet. Saat itu kami bermain “beres-beres” satu permainan dimana saya mengajarkan Janet untuk bisa membereskan mainan dan sepatunya. Janet sangat menyukai permainan itu. Ia belajar mengeluarkan mainan dan memasukkan kembali. Dan kalau saya bilanng, Janet sepatu ditaru dimana? Janet langsung menuju tempat sepatunya.
Saat saya sedang asyik membereskan sepatu Janet, tiba-tiba saya mendengar suara yang memanggil, “Mamak”. Janet mengeluarkan kata, Mamak dari mulut munggilnya sambil menuju ke arah saya dan membawa sepatunya. Spontan saja saya menoleh dan bertanya kembali, Janet panggil mama? Janet mengulang kembali kata , “Mamak”. Merasa tidak percaya kembali bertanya, “Janet panggil mama?”. Ini nyata dan bukan mimpi, Janet memanggil saya dengan kata “Mamak”. Saya langsung memeluk dan menciumnya. “Tuhan, terimakasih untuk momen terindah yang sudah saya tunggu lama.”
Diusia Janet 15 bulan, akhirnya Janet bisa memanggil saya dengan kata Mamak. Lengkap sudah kebahagiaan saya dan semua doa saja terjawab. Setiap momen tumbuh kembang Janet saya lihat sendiri dan menjadi catatan harian saya untuk Janet kelak. Terimakasih sayang, mamak bahagia sekali.

Kamis, 19 Agustus 2010

Janet sayang sakit

Paling sedih kalau Janet sakit
meski hanya demam, cuma benar2 gak tega liat mata sayunya

maunya dipeluk, maunya pegang...
besok Janet mau setahun...tp badannya lagi demam
gpp maybe sakitnya tanda tambah pintar, mau jalan

lopyu janet...
maafin ibu ya gak bisa 24 jam nemenin dan melukin

Sabtu, 07 Agustus 2010

Janet Joget


Janet lagi doyan joget...goyang pantat sambil tangan melambai lambai
Janet lagi belajar mengenal buah-buahan...ada mainan buah2an...pinter banget udah kenal pisang, jeruk dan wortel...
Janet lagi mengenal dirinya sendiri.ketawa di depan cermin kalau lagi pakai topi, blangkong,baju bagus
Janet lagi suka main ama temannya, kalau dengar suara temannya langsung deh keluar kamar mau main
Janet lagi belajar berjalan, suka ditetah dan merambat di dinding
Janet lagi belajar nyanyi, cicak cicak di dinding sambil mulutnya keluar suara ck ck ck...
Janet lagi belajar banyakkkkkk......

Jumat, 18 Juni 2010

Gigi Janet Nonggol...juga

1,2,3
Akhirnya gigi Janet nonggol juga. Senangnya hatiku, melihat janet tumbuh gigi meski baru satu di usianya 10 bulan den itupun belum full...hahaha

tapi sebagai ibu tentu saja saya senang.com, bahagia.com dan juga gemes.com. Soalnya kok giginya tumbuh lama ya? apa Janet terlambat pertumbuhan giginya?

Mm, gak juga, setiap anak saya percaya punya keunikan dan kepandain. Janet gigi memang telat
tapi dia sudah pandai berdiri sendiri, bicara, bapak, mama, mamam...:)

So, hadiah buat Janet dari wanita yang teramat sangat mencintai mu adalah sebuah lagu

(dinyanyikan dengan nada burung kakak tua ya)

Hatiku senang sekali
Janet tumbuh gigi
Meski baru satu
tapi lucu sekali

lalalalala...lalalalala
Janet tumbuh gigi

Lope Janet

Selasa, 01 Juni 2010

Pertengahan Tahun


Awal Juni
Sudah pertengahan tahun aja. gak kerasa anakku Janet sudah mau setahun.
20 Agustus 2010. Wah,ultahnya bisa dirayakan gak ya? semoga saja. Amin

Apa kabar Janet?
Janet semakin cantik dan pintar.
Kepintaran Janet
1. Sudah bisa bilang, Bapak, Apa, Mamam, Mak...hehehe
2. Sudah ngerti kalau dikasih tau, tidak boleh
3. Bisa salim, cium tangan kanan
4. Biasa menerima dengan tangan kanan
5. Bisa cium papa mamanya, eyangnya kalau diminta. Janet, kiss sayang
6. Bisa dada
7. Bisa pegang kipas sambil goyangin kipas kalau kepanasan
8. Bisa merangkak..cepat banget
9. Bisa berdiri sendiri dan mulai merambat
10. Bisa marah dan nolak kalau gak suka
11. Bisa sendu dan sedih kalau papa mamanya pergi kerja

Sedih? iya. Tapi Janet ngerti kok kalau papa mamanya berjuang untuk impian masa depannya.

Love u Janet

Senin, 08 Maret 2010

Semangatku karena Janet

Janet Naulita Christabel

bayi mungil yang kini tumbuh besar dan semakin pintar
bayi mungil yang sempat membuatku menangis tersedak sedak
bayi mungil yang membuat aku berjuang demi sebuah kehidupan kecil di dalam perutku
bayi mungil yang mendatangkan sukacita untuk semua

bayi mungil yang selalu dalam doa ku katakan, jadilah anak yang murah senyum dan murah hati
bayi mungil yang pernuh pengertian dan selalu ingin di dekat

Janet Naulita Christabel
anakku, permataku, buah hatiku, bara dalam kehidupanku

Janet Naulita Christabel
anakku yang penuh semangat tidak pernah menyerah

Janet Naulita Christabel
karena dirmu anakku, aku terus bersemangat
dan karena dirimu anakku, aku mau terus tersenyum untuk sebuah masa depan yang indah

Janet Naulita Christabel, Tuhan memberkati mu

Aku Rindu Senja

Aku rindu senja itu
Senja yang membuat aku tersenyum meski hanya sesaat

Aku rindu senja itu
Senja dimana aku menjadi diriku sendiri

Aku rindu senja itu
Senja dimana aku tertawa lepas dan menangis bebas

Aku rindu senja itu
Senja yang tidak pernah menyapa ku

Entah kapan senja itu akan hadir

wanita bijak

Belajar menjadi wanita bijak
sepertinya bukan hal yang mudah bukan? rasanya sulit ditengah kondisi yang serba tidak nyaman
tapi mau tidak mau saya harus berjuang menjadi wanita bijak demi keluarga kecil yang baru dua tahun saya bangun bersama suami

perjalanan pernikahan itu adalah proses yang terus menurus membuat kita belajar
belajar untuk berbagi keceriaan, belajar untuk berbagi kesedihan bahkan juga belajar untuk memahami hal yang tidak bisa dipahami

proses yang bukan hal mudah, banyak rintangan dan godaan tentu saja
tapi itulah adalah pilihan
pilihan ketika Anda memutuskan untuk menikah
maka Anda akan terus belajar dan bahkan menjadi diri yang bukan Anda sendiri

sewaktu sekolah, proses belajar ada fase lulus, tapi pernikahan, tidak ada kata lulus
kita harus belajar dan tidak pernah mendapat nilai
jadi.....

Selasa, 23 Februari 2010

Cerita tentang Bapaknya Janet


Senin
Saya,suami dan Janet sedang berkumpul bertiga, ya seperti biasa, kegiatan yang memang sejak Janet kecil ingin kita biasakan adalah menceritakan tentang kegiatan hari ini.
Lagi asyik cerita dengan gaya Janet yang maunya berdiri...tiba-tiba ada sms masuk ke ponsel suami...dan tiba-tiba suami saya berjoget sambil menggoyangkan tangan...alhasil Janet langsung melirik bapaknya.
mungkin dalam pikirannya...kenapa nih bapak?
Saya hanya tersenyum senyum...mm pastinya ada kabar bagus.

Benar saja, rupanya suami mendapat undangan launching notebook dari Samsung. Wah, pantas saja suami semangat, dan dengan wajah berbinar, ia bilang, "kalau dpt notebook buat ibu ya,"
saya hanya tersenyum sambil mengucap dalam hati, amin

Selasa
Saya bangun sekitar jam6.30, alamat telat sampai kntr. tapi mau bagaimana lagi. perut lg diaduk aduk, kalau lagi datang bulan. hehehe
bangun, main sama Janet, ke toilet dan mencari suami yang ternyata sudah duduk di ruang tamu sambil asyik membereskan kartu namanya. Suamiku semangat sekali...!!!!

Sore hari saya mendapat kabar, nyaris suami saya mendapat notebook N210, produk terbaru dari Samsung seharga 5juta, yang baru hari launching. Tapi saya si untung belum singgah sehingga laptop tersebut pindah ketangan orang lain.

Kata suami saya, "kartu nama bapak ke ambil dari fish bowl. lalu bapak dikasi kuis, jawaban benar. dan dites lagi untuk presentasi produknya...ada enam peserta, bapak kurang beruntung. Maaf ya"

Oh my God, suamiku begitu menyesal. Saya sedih tentu saja, tapi buat apa, saya sangat menghargai jerih payah suami saya...semangatnya dan juga cintanya pada saya dan Janet.

Sebelum ini, ada juga kisah menarik, dari perjuangan suami, ia rela membuat kartu ucapan untuk saya dengan hiasan-hiasan kancing. dan suami saya menang mendapatkan printer canon...Bangga tentu saja. Usaha dan keringatnya sangat saya hargai

Meski kadang, saya suka senyum sendiri, ini printer kapan mau dipakai, beli tintanya saja mahal, mau dijual? Rasanya saya tega sekali ya...ini bukti perjuangan dia untuk saya dan Janet

Saya percaya apapun yang dilakukannya pasti untuk saya dan Janet
i love u Yulius

Janet dan Honor Pertama


Senangnya, cita-cita ku sejak hamil akhirnya terwujud. Mau tau apa cita-citaku?
hehehe aku mau sejak kecil anakku muncul di majalah. hehehe lucunya
tp ya itulah cita-cita untuk buah hatiku permataku dan cinta kasihku Janet Naulita

Dan entah bagaimana, Tuhan menjadikan Janet sempurna, cantik sempurna dan pintar. Difoto tidak pernah nangis, malah suka banget sambil pasang senyum cantiknya dengan alis tebal dan rambut tebalnya...

Jadi kisahnya
Hari Jumat, teman lama di sebuah majalah terkenal khusus ibu dan anak, tempat saya kerja dulu, menghubungi untuk pemotretan. Wah, senang sekali...padahal saya sedang sibuk menyiapkan seminar. Tapi dengan semangat 45 saya sambut ajakan itu

Malam, sebelum pemotretan saya sudah bilang sama Janet, nak bsk kita foto2 ya...dan responnya langsung tersenyummmmm lebarrrrr. Artinya? iya mama aku setuju

Jadilah hari yang ditunggu, meski hanya untuk opening artikel dan yg lebih banyak difoto ibunya dengan wajah minim hehehe alias bukan fokus ke muka ibunya, tapi saya bangga

Janet tidak rewel, tidak menangis bahkan sangat pintar....hebattt. Tidak rugi deh punya papa jago foto jadi lihat kamera ia sudah tahu harus bagaimana. Sebenarnya ini bukan sesi foto pertama, karena kami pun sudah pernah sebelumnya mengajak foto di studio majalah tempat saya kerja dulu....hehehe
dan hasilnya sungguh membanggakan, ekspresi wajah Janet selalu tersenyummmmm

Bedanya kali ini, Janet dapat honor. Asyikkkk. Honor pertama meski dipotong PPN NPWP. Tapi sebagai ibu saya sangat bangga. Saya ingin membuat dokumentasi tentang Janet, semua tentang Janet

Sekarang Janet sudah tahap MPASI...doyan sekali makan, apapun dilahap, mulai dari labu kuning, apel, pisang, pepaya, jeruk bayi, hingga beras merah dengan kaldu ceker ayam.

Karena Janet lahap makan, saya semakin bersemangat menyiapkan makanan. Biar Janet bisa jadi model kondang yang go internasional...

love U Janet


Jumat, 12 Februari 2010

Bekasi adalah Rumahku

Mm...topik ini sedang seru dibahas oleh beberapa teman dekat saya. Entah mengapa tiba-tiba saja Bekasi menjadi topik yang hangat dibicarakan. Usut punya usut ternyata blogger bekasi sedang mengadakan lomba foto dan lomba blog. Wow, satu kemajuan yang pesat. Bukan saya mau meninggikan Pak Walikota dan aparatnya serta pengurus blog, tapi ini sepengetahuan saya saja, sebagai blogger yang bisa dikata cukup aktif, baru kali ini ada pemerintah daerah yang peduli dengan blogger.

Apalagi saya tahu dari rekan saya bagaimana perjuangan tim blogger untuk menyukseskan acara peresmian blogger bekasi dimana ia harus berjuang untuk memperoleh ijin dari kepolisian menyangkut mengadakan kegiatan yang menggundang khayalak ramai. Sampai-sampai teman saya berani ‘cuti’. Wow betapa ia cinta bekasi. Lantas bagaimana dengan saya?

Saya cinta bekasi? Tentu saja. Ini bukan hanya manis di mulut dan indah di kata. Jujur saya cinta bekasi dengan hiruk pikuk, dengan banjirnya, dengan macetnya bahkan dengan julukan tempat buang sampah yang sejak saya tinggal di bekasi, tahun 1988 julukan itu sangat lekat dan terus teringat. Padahal saat itu saya masih usia tujuh tahun. Tapi itulah anak-anak akan ingat hal yang begitu berkesan....bagaimana tidak, masa saya tinggal di tempat pembuangan sampah?

Saat itu saya hanya bisa diam. Namanya juga anak kecil, tapi seiring waktu, semakin saya besar, saya semakin percaya diri kalau ditanya tinggal dimana? Dengan lantang saya jawab BEKASI. Hehehe bukan hanya lantang tapi saya juga menantang orang yang bertanya itu, lo tau bekasi ndak? Jangan cuma bilang Bekasi itu jauhhhhh, bekasi itu banjir, bekasi itu macet dan bekasi itu ujung dunia....walah terlalu hiperbolis ah.

Apalagi saya masih ingat jaman kuliah di daerah Senayan, dimana pertama kali masuk pertanyaan yang sering terdengar adalah tinggal dimana? Dan kalau melihat ekspresi muka orang yang mendengar jawabab BEKASI, ingin rasanya saya tertawa. Dalam hati saya, udah tahu jawaban kalian.
Tapi saya belajar mencintai tempat tinggal saya. Karena menurut pesan almr. Opung, Cintailah dimana kamu berpijak dan tinggal karena disitulah kebesaran hatimu.

Ya, saya cinta bekasi. Sewaktu kuliah dengan bangga saya bilang, saya tinggal di Bekasi, akses transportasinya sangat mudah. Meski harus ke pusat kota, tapi urusan bis, banyak. Tidak percaya, mampir saja ke terminal blok M, patas mayasari AC hingga non AC banyakk. Uniknya meski tergolong banyak, tetap saja harus banyak orang yang rela bergelantungan. Artinya Bekasi meksi jauh banyak yang mencintai bukan. Toh ternyata banyak yang tinggal di Bekasi.

Saya cinta Bekasi karena dari Bekasilah saya belajar menjadi orang yang percaya diri. Bagaimana tidak sakit hati, marah kalau dibilang tempat tinggal kita bak pelosok yang tak tersentuh (pada era tahun 80an). Tapi saya belajar, siapa lagi yang tidak mencintai rumahnya sendiri kalau bukan saya.

Tahun demi tahun saya belajar untuk mantab mengatakan saya ini orang BEKASI. Dan tahun demi tahun pula saya merasakan banyak perubahan, meski ada satu perubahan dan dua perubahan...ups boleh dong sebagai warga yang cinta bekasi protes juga. Yakni jalan macet dan banjir.

Macet. Sepertinya bukan hanya Bekasi saja yang macet bukan? Hayo saya tantang kalian, daerah mana yang tidak macet?
Malah buat saya kemacetan itu sebuah tantangan, bagaimana kita mengatur kesabaran, mencoba menikmati jalan, bahkan belajar menjadi orang yang punya empati tinggi.

Hidup ini kan perjuangan. Dan macet bagi saya adalah sebagaian kecil dari perjuangan itu. Kalau pintar mengatur waktu, misal seperti ibu saya, seorang guru yang mengajar di Grogol, rela berangkat jam5 dan hasilnya tidak terlambat untuk membagikan ilmu ke murid-muridnya.

Atau, saat macet, saya kalau tidak ketiduran senang sekali melihat pemandangan, meski yang saya lihat hanya mobil, bis tapi saya menikmati hal itu. Dalam hati saya, ow tidak hanya saya yang mengalami macet, tapi juga mereka...artinya inilah hidup.

Tapi meski begitu, mungkin yang belum saya berikan ruang toleransi adalah banjir.....! Duh, kok iso toh. Jangan mentang-mentang saya tinggal di kompleks Angkatan Laut, eh kok air sering berkunjung ke rumah tanpa ijin.
Saya ingat betul, jaman dibangku sekolah dasar, saya begitu menikmati banjir bisa main air bebas. Tapi lambat laun saya suka sebal...kok dikit dikit banjir.
Jadi kalau orang tanya, kamu tinggal di Bekasi yang banjir? Mau tidak mau saya katakan iya dengan muka menunduk.

Untuk hal ini saya tidak berani membusungkan dada dan bangga saya tinggal di Bekasi. Saya akui tidak mudah untuk membenahi kota apalagi dengan semakin banyaknya warga yang tinggal di Bekasi, pastinya Pekerjaan Rumah yang besar untuk Pak Walikota. Tapi buat saya, hal ini pasti bisa teratasi asalkan saya dan juga Anda (pembaca blog ini) mau sedikit berbagi, berbagi kepedulian untuk mencintai rumah sendiri, mencintai Bekasi. Caranya mudah saja, menjaga kebersihan lingkungan, menjadi got tidak dengan sampah dan tentu saja memberikan sedikit halaman untuk rumput hijau atau pohon mangga agar ada serapan air.

Mudah? Semua tergantung dari Anda. Bagi saya mudah, karena ayah saya adalah contohnya. Di rumah ada pohon mangga dan sedikit halaman penuh dengan tanaman dan ia rajin membersihkan got. Kata ayah saya,” belajar untuk menghargai rumah sendiri, mencintai rumah sendiri dimana kamu tinggal agar kelak ketika kamu keluar dari rumah, cinta itu masih melekat.”

Saya sekarang memang tidak tinggal di Bekasi karena mengikut suami, tapi benar, cinta itu sudah lekat. Saya cinta Bekasi karena Bekasi mengajarkan saya tentang kesabaran, berbagi, kemandirian dan belajar untuk terus berjuang bak seorang patriot. Bekasi adalah rumahku...

Selasa, 09 Februari 2010

Janet dan Janet dan Janet





Ini aku...Janet Puspa Naulita Christabel
aku sekarang sudah lima bulan lebih dua minggu
sudah pintar makan biskuit, makan pisang ambon, makan jeruk baby dan makan labu kuning
nyumy nyumy nyumy

Selasa, 02 Februari 2010

Nasi Padang

Nasi nambah 3x, otak 1, paru 1, sayur nangka 2, plus minum 2x. Jadilah 40ribu
hahaha, untungnya sih saya hari ini tidak membayar makan siang, alias di treat oleh salah seorang teman baik yang biasa saya sapa bude.

Meski sudah pisah kantor, saya memilih menjadi marketing dan bude memilih menjadi freelance untuk sebuah majalah, sebuah penerbitan dan sebuah sebuah yang lain termasuk salah satu butik di FBnya yang saya senang sekali melihat desain dan model baju made in buda. Saya malah sangat kagum dengan bude, wanita kreatiffff.... loh kok saya jadi semangat bicara soal bude ya...apa hubungan dengan nasi padang

ini dia hubungannya...
saya sangat tidak suka santan, tapi kenapa tadi makan dengan santan saya enak enak saja?
jawabannya: makanan yang sudah lama tidak dimakan, pasti kalau dimakan enak rasanya
terakhir saya makan padang yang enak ketika hamil di daerah Sabang....

saya sangat tidak bisa makan nambah. tetapi kenapa saya nambah?
jawabannya: hahaha biasalah ibu ibu kalau sudah ngobrol apalagi mengenai kehidupan rumah tangga rasanya bikin napsu makan....:P

Selasa, 19 Januari 2010

Ciluk Ba Ke Kok

Ciluk Ba Ke Kok

kalau papa dan mama sudah maen ciluk ba ke kok, wah Janet pasti tertawa sampai terpingkal pingkal
Janet juga ndak ngerti apa yang bisa buat Janet ketawa ngekek ya. Apa mama dan papa kaya badut
hahahaha, soalnya mama dan papa suka nyebutin dirinya, badut 1 dan badut 2
apalagi papa, suka banget kasih Janet muka unik, mata melotot, lirak lirik, mulut maju mundur, dua tangan di kuping...wakakakak, kata mama kaya Hanoman

Selain ciluk ba ke kok, Janet paling suka nyender di perut papa yang nduttt soalnya empuk puk puk kaya roti

Papa mama jangan pulang malam ya, Janet mau main ciluk ba ke kok

Senin, 18 Januari 2010

2010-2015

Catatan Mama Janet

Kata mama, 5 tahun lagi Janet, adik janet dan papa, juga mama mau ke Disneyland
Wahhhhh? Benar ma? Kata mama, amin dan iman kan saja.
Gak tau kenapa kok tiba-tiba mau bilang rencana itu ke Janet dan papa, semalam
kata mama, ndak perlu deh pa, bulan madu (ups catatan: papa mama belum bulan madu). Yang penting kita nabung untuk ajak Janet dan adiknya (semoga saja Jaden, namanya) ke Disneyland.
Wow? Janet senyum senyum dan lirik mama, bener nih ma

Terus papa bilang, iya, tapi Disneyland yang dekat aja, misal di Hongkong. Terus mama tanya ada salju ndak di sana? walah mama, kok pake nanya salju sih
ternyata mama mau ajak kita main salju. Semoga saja celengan bersama untuk 5 tahun kedepan bisa membawa kita ke Disneyland Jepang...amin amin

Selain itu juga, mama punya impian
1. Sewa Rumah
Iya, untuk yang satu ini jadi resolusi mama diakhir tahun 2010. Lokasi sih deket kntr mama. Katanya biar cepet ketemu Janet
2. Punya adek buat Janet
untuk yang satu ini, Tuhan yang punya Kuasa. Tapi kata mama, kalau boleh meminta, pas Janet umur 3 atau 4 tahun, dede Janet sudah ada. Amin
3. Punya Rumah Untuk Janet dan adik Janet
Mama bilang, awal tahun 2015, maa dan papa harus bisa punya rumah impian. Jadi janet dan adik punya kamar sendiri...
4. Punya mobil....asyik bisa jalan jalan berempat...

semangat ya mama papa
muah