Selasa, 23 Februari 2010

Cerita tentang Bapaknya Janet


Senin
Saya,suami dan Janet sedang berkumpul bertiga, ya seperti biasa, kegiatan yang memang sejak Janet kecil ingin kita biasakan adalah menceritakan tentang kegiatan hari ini.
Lagi asyik cerita dengan gaya Janet yang maunya berdiri...tiba-tiba ada sms masuk ke ponsel suami...dan tiba-tiba suami saya berjoget sambil menggoyangkan tangan...alhasil Janet langsung melirik bapaknya.
mungkin dalam pikirannya...kenapa nih bapak?
Saya hanya tersenyum senyum...mm pastinya ada kabar bagus.

Benar saja, rupanya suami mendapat undangan launching notebook dari Samsung. Wah, pantas saja suami semangat, dan dengan wajah berbinar, ia bilang, "kalau dpt notebook buat ibu ya,"
saya hanya tersenyum sambil mengucap dalam hati, amin

Selasa
Saya bangun sekitar jam6.30, alamat telat sampai kntr. tapi mau bagaimana lagi. perut lg diaduk aduk, kalau lagi datang bulan. hehehe
bangun, main sama Janet, ke toilet dan mencari suami yang ternyata sudah duduk di ruang tamu sambil asyik membereskan kartu namanya. Suamiku semangat sekali...!!!!

Sore hari saya mendapat kabar, nyaris suami saya mendapat notebook N210, produk terbaru dari Samsung seharga 5juta, yang baru hari launching. Tapi saya si untung belum singgah sehingga laptop tersebut pindah ketangan orang lain.

Kata suami saya, "kartu nama bapak ke ambil dari fish bowl. lalu bapak dikasi kuis, jawaban benar. dan dites lagi untuk presentasi produknya...ada enam peserta, bapak kurang beruntung. Maaf ya"

Oh my God, suamiku begitu menyesal. Saya sedih tentu saja, tapi buat apa, saya sangat menghargai jerih payah suami saya...semangatnya dan juga cintanya pada saya dan Janet.

Sebelum ini, ada juga kisah menarik, dari perjuangan suami, ia rela membuat kartu ucapan untuk saya dengan hiasan-hiasan kancing. dan suami saya menang mendapatkan printer canon...Bangga tentu saja. Usaha dan keringatnya sangat saya hargai

Meski kadang, saya suka senyum sendiri, ini printer kapan mau dipakai, beli tintanya saja mahal, mau dijual? Rasanya saya tega sekali ya...ini bukti perjuangan dia untuk saya dan Janet

Saya percaya apapun yang dilakukannya pasti untuk saya dan Janet
i love u Yulius

Janet dan Honor Pertama


Senangnya, cita-cita ku sejak hamil akhirnya terwujud. Mau tau apa cita-citaku?
hehehe aku mau sejak kecil anakku muncul di majalah. hehehe lucunya
tp ya itulah cita-cita untuk buah hatiku permataku dan cinta kasihku Janet Naulita

Dan entah bagaimana, Tuhan menjadikan Janet sempurna, cantik sempurna dan pintar. Difoto tidak pernah nangis, malah suka banget sambil pasang senyum cantiknya dengan alis tebal dan rambut tebalnya...

Jadi kisahnya
Hari Jumat, teman lama di sebuah majalah terkenal khusus ibu dan anak, tempat saya kerja dulu, menghubungi untuk pemotretan. Wah, senang sekali...padahal saya sedang sibuk menyiapkan seminar. Tapi dengan semangat 45 saya sambut ajakan itu

Malam, sebelum pemotretan saya sudah bilang sama Janet, nak bsk kita foto2 ya...dan responnya langsung tersenyummmmm lebarrrrr. Artinya? iya mama aku setuju

Jadilah hari yang ditunggu, meski hanya untuk opening artikel dan yg lebih banyak difoto ibunya dengan wajah minim hehehe alias bukan fokus ke muka ibunya, tapi saya bangga

Janet tidak rewel, tidak menangis bahkan sangat pintar....hebattt. Tidak rugi deh punya papa jago foto jadi lihat kamera ia sudah tahu harus bagaimana. Sebenarnya ini bukan sesi foto pertama, karena kami pun sudah pernah sebelumnya mengajak foto di studio majalah tempat saya kerja dulu....hehehe
dan hasilnya sungguh membanggakan, ekspresi wajah Janet selalu tersenyummmmm

Bedanya kali ini, Janet dapat honor. Asyikkkk. Honor pertama meski dipotong PPN NPWP. Tapi sebagai ibu saya sangat bangga. Saya ingin membuat dokumentasi tentang Janet, semua tentang Janet

Sekarang Janet sudah tahap MPASI...doyan sekali makan, apapun dilahap, mulai dari labu kuning, apel, pisang, pepaya, jeruk bayi, hingga beras merah dengan kaldu ceker ayam.

Karena Janet lahap makan, saya semakin bersemangat menyiapkan makanan. Biar Janet bisa jadi model kondang yang go internasional...

love U Janet


Jumat, 12 Februari 2010

Bekasi adalah Rumahku

Mm...topik ini sedang seru dibahas oleh beberapa teman dekat saya. Entah mengapa tiba-tiba saja Bekasi menjadi topik yang hangat dibicarakan. Usut punya usut ternyata blogger bekasi sedang mengadakan lomba foto dan lomba blog. Wow, satu kemajuan yang pesat. Bukan saya mau meninggikan Pak Walikota dan aparatnya serta pengurus blog, tapi ini sepengetahuan saya saja, sebagai blogger yang bisa dikata cukup aktif, baru kali ini ada pemerintah daerah yang peduli dengan blogger.

Apalagi saya tahu dari rekan saya bagaimana perjuangan tim blogger untuk menyukseskan acara peresmian blogger bekasi dimana ia harus berjuang untuk memperoleh ijin dari kepolisian menyangkut mengadakan kegiatan yang menggundang khayalak ramai. Sampai-sampai teman saya berani ‘cuti’. Wow betapa ia cinta bekasi. Lantas bagaimana dengan saya?

Saya cinta bekasi? Tentu saja. Ini bukan hanya manis di mulut dan indah di kata. Jujur saya cinta bekasi dengan hiruk pikuk, dengan banjirnya, dengan macetnya bahkan dengan julukan tempat buang sampah yang sejak saya tinggal di bekasi, tahun 1988 julukan itu sangat lekat dan terus teringat. Padahal saat itu saya masih usia tujuh tahun. Tapi itulah anak-anak akan ingat hal yang begitu berkesan....bagaimana tidak, masa saya tinggal di tempat pembuangan sampah?

Saat itu saya hanya bisa diam. Namanya juga anak kecil, tapi seiring waktu, semakin saya besar, saya semakin percaya diri kalau ditanya tinggal dimana? Dengan lantang saya jawab BEKASI. Hehehe bukan hanya lantang tapi saya juga menantang orang yang bertanya itu, lo tau bekasi ndak? Jangan cuma bilang Bekasi itu jauhhhhh, bekasi itu banjir, bekasi itu macet dan bekasi itu ujung dunia....walah terlalu hiperbolis ah.

Apalagi saya masih ingat jaman kuliah di daerah Senayan, dimana pertama kali masuk pertanyaan yang sering terdengar adalah tinggal dimana? Dan kalau melihat ekspresi muka orang yang mendengar jawabab BEKASI, ingin rasanya saya tertawa. Dalam hati saya, udah tahu jawaban kalian.
Tapi saya belajar mencintai tempat tinggal saya. Karena menurut pesan almr. Opung, Cintailah dimana kamu berpijak dan tinggal karena disitulah kebesaran hatimu.

Ya, saya cinta bekasi. Sewaktu kuliah dengan bangga saya bilang, saya tinggal di Bekasi, akses transportasinya sangat mudah. Meski harus ke pusat kota, tapi urusan bis, banyak. Tidak percaya, mampir saja ke terminal blok M, patas mayasari AC hingga non AC banyakk. Uniknya meski tergolong banyak, tetap saja harus banyak orang yang rela bergelantungan. Artinya Bekasi meksi jauh banyak yang mencintai bukan. Toh ternyata banyak yang tinggal di Bekasi.

Saya cinta Bekasi karena dari Bekasilah saya belajar menjadi orang yang percaya diri. Bagaimana tidak sakit hati, marah kalau dibilang tempat tinggal kita bak pelosok yang tak tersentuh (pada era tahun 80an). Tapi saya belajar, siapa lagi yang tidak mencintai rumahnya sendiri kalau bukan saya.

Tahun demi tahun saya belajar untuk mantab mengatakan saya ini orang BEKASI. Dan tahun demi tahun pula saya merasakan banyak perubahan, meski ada satu perubahan dan dua perubahan...ups boleh dong sebagai warga yang cinta bekasi protes juga. Yakni jalan macet dan banjir.

Macet. Sepertinya bukan hanya Bekasi saja yang macet bukan? Hayo saya tantang kalian, daerah mana yang tidak macet?
Malah buat saya kemacetan itu sebuah tantangan, bagaimana kita mengatur kesabaran, mencoba menikmati jalan, bahkan belajar menjadi orang yang punya empati tinggi.

Hidup ini kan perjuangan. Dan macet bagi saya adalah sebagaian kecil dari perjuangan itu. Kalau pintar mengatur waktu, misal seperti ibu saya, seorang guru yang mengajar di Grogol, rela berangkat jam5 dan hasilnya tidak terlambat untuk membagikan ilmu ke murid-muridnya.

Atau, saat macet, saya kalau tidak ketiduran senang sekali melihat pemandangan, meski yang saya lihat hanya mobil, bis tapi saya menikmati hal itu. Dalam hati saya, ow tidak hanya saya yang mengalami macet, tapi juga mereka...artinya inilah hidup.

Tapi meski begitu, mungkin yang belum saya berikan ruang toleransi adalah banjir.....! Duh, kok iso toh. Jangan mentang-mentang saya tinggal di kompleks Angkatan Laut, eh kok air sering berkunjung ke rumah tanpa ijin.
Saya ingat betul, jaman dibangku sekolah dasar, saya begitu menikmati banjir bisa main air bebas. Tapi lambat laun saya suka sebal...kok dikit dikit banjir.
Jadi kalau orang tanya, kamu tinggal di Bekasi yang banjir? Mau tidak mau saya katakan iya dengan muka menunduk.

Untuk hal ini saya tidak berani membusungkan dada dan bangga saya tinggal di Bekasi. Saya akui tidak mudah untuk membenahi kota apalagi dengan semakin banyaknya warga yang tinggal di Bekasi, pastinya Pekerjaan Rumah yang besar untuk Pak Walikota. Tapi buat saya, hal ini pasti bisa teratasi asalkan saya dan juga Anda (pembaca blog ini) mau sedikit berbagi, berbagi kepedulian untuk mencintai rumah sendiri, mencintai Bekasi. Caranya mudah saja, menjaga kebersihan lingkungan, menjadi got tidak dengan sampah dan tentu saja memberikan sedikit halaman untuk rumput hijau atau pohon mangga agar ada serapan air.

Mudah? Semua tergantung dari Anda. Bagi saya mudah, karena ayah saya adalah contohnya. Di rumah ada pohon mangga dan sedikit halaman penuh dengan tanaman dan ia rajin membersihkan got. Kata ayah saya,” belajar untuk menghargai rumah sendiri, mencintai rumah sendiri dimana kamu tinggal agar kelak ketika kamu keluar dari rumah, cinta itu masih melekat.”

Saya sekarang memang tidak tinggal di Bekasi karena mengikut suami, tapi benar, cinta itu sudah lekat. Saya cinta Bekasi karena Bekasi mengajarkan saya tentang kesabaran, berbagi, kemandirian dan belajar untuk terus berjuang bak seorang patriot. Bekasi adalah rumahku...

Selasa, 09 Februari 2010

Janet dan Janet dan Janet





Ini aku...Janet Puspa Naulita Christabel
aku sekarang sudah lima bulan lebih dua minggu
sudah pintar makan biskuit, makan pisang ambon, makan jeruk baby dan makan labu kuning
nyumy nyumy nyumy

Selasa, 02 Februari 2010

Nasi Padang

Nasi nambah 3x, otak 1, paru 1, sayur nangka 2, plus minum 2x. Jadilah 40ribu
hahaha, untungnya sih saya hari ini tidak membayar makan siang, alias di treat oleh salah seorang teman baik yang biasa saya sapa bude.

Meski sudah pisah kantor, saya memilih menjadi marketing dan bude memilih menjadi freelance untuk sebuah majalah, sebuah penerbitan dan sebuah sebuah yang lain termasuk salah satu butik di FBnya yang saya senang sekali melihat desain dan model baju made in buda. Saya malah sangat kagum dengan bude, wanita kreatiffff.... loh kok saya jadi semangat bicara soal bude ya...apa hubungan dengan nasi padang

ini dia hubungannya...
saya sangat tidak suka santan, tapi kenapa tadi makan dengan santan saya enak enak saja?
jawabannya: makanan yang sudah lama tidak dimakan, pasti kalau dimakan enak rasanya
terakhir saya makan padang yang enak ketika hamil di daerah Sabang....

saya sangat tidak bisa makan nambah. tetapi kenapa saya nambah?
jawabannya: hahaha biasalah ibu ibu kalau sudah ngobrol apalagi mengenai kehidupan rumah tangga rasanya bikin napsu makan....:P