Selasa, 26 Juli 2011

pertemuan

Entah apa yang membawa ku untuk duduk di taman itu
Taman di sebuah rumah sakit
Duduk dan menikmati burung yg asyik bercengkrama di atas rerumputan dan
Asyik mendengar suara burung sahut sahutan

Sore yang sangat indah
Hingga seorang ibu dengan langkah tertatih membuyarkan lamunanku
Entah apa juga yang membawa ibu tua itu duduk disampingku

Untuk beberapa saat saya dan ibu tua itu terdiam
Sunyi
Kami sama sama menikmati sore yang begitu hangat
Hingga akhirnya ibu tua itu bercerita banyak hal
Saya hanya mendengar dan tersenyum sepanjang ia bercerita

Begitu banyak yg diucapkan hingga aku lelah mendengar
Tapi akhirnya aku sadar wanita tua itu hanya perlu temen cerita teman untuk
Didengar

Tidak ada yg membuat hidup ini lebih baik selain cinta dari org terdekat
Dan sore ini saya begitu rindu opung saya

Jumat, 22 Juli 2011

Sebuah akhir dari kata maaf

Mungkin sore ini adalah sore terakhir aku dan dia bertemu. Sore terakhir dimana kami masih bisa menikmati senja di cafe seno. Satu cangkir coklat hangat yang mulai habis dan satu cangkir kopi yang mulai mendingin seakan ikut berbicara tentang kesunyian hati kami berdua

"Maafkan aku, jika sore ini menjadi sore akhir kita," ucap ku singkat dengan tatapan mata kosong dan jemari yang menari di pinggiran cangkir coklat hangat.

Entah berapa lama, hingga mucul rembulan malam, tidak ada tanggapan dari lelaki yang telah ku kenal lama dan bersama kami mengerti dan belajar bahwa cinta murni dari kedua belah pihaklah yang tidak pernah kami rasakan.

"Aku duluan, rumah dikunci saja, tidak perlu menunggu aku tiba di rumah," katanya sambil berdiri dan mencium keningku.

Tak perlu menunggu rembulan ditelan awan kelam, aku pun segera beranjak dari cafe seno dan menuju kasir.

Dalam perjalanan, aku lega, ketika sore itu adalah sore terakhir aku merasakan kecupan di kening yang tak pernah aku bisa membalas kecupuan dengan kehangatan dan cinta yang sama. Sore itu, aku merasa, tidak akan ada lagi, yang ada sore dimana aku bisa menjadi aku sendiri dan menikmati malam tanpa harus memikirkan dia disampingku.

Meski belum ada keputusan, namun setidaknya peran ku tidak lagi mengganda, aku hanya sebagai ibu dari anak-anak. Dan sejak itu, sore hari akan kami nikmati dengan rasa kami sendiri.
Terdengar berat, terlihat sukar, tapi itu adalah pilihan dari sebuah pilihan yang ternyata selama ini kurang tepat.

sampai bertemu sore ku
sampai bertemu di dunia yang berbeda
sampai bertemu di taman yang sama bersama anak-anak

Jumat, 08 Juli 2011

satu perempuan satu lelaki

makan siang kali ini, sungguh menarik. sambil menikmati pancake, saya mendengar cerita dan juga guyonan dari dua orang rekan kerja saya yang cukup unik.

satu perempuan cantik, menarik dan memiliki karir dan satu lelaku, berpampilan biasa tapi memiliki jabatan. keduanya adalah teman baru saya dan keduanya membuat saya belajar memahami betapa cinta itu sungguh harus dicari dan sulit untuk dimiliki.

catatan kecil, satu perempuan dan satu lelaki itu sudah memiliki anak, dan tentu saja masih hidup dengan suami serta istri mereka. Tapi mereka sungguh blak blakan menceritakan bagaimana mereka memiliki seseorang disana yang tentu saja bagi mereka itulah cinta mereka.

WOW. Dasyat!!!!!
Selingkuh? ya seperti itu sudah bisa saya katakan. Bagaimana satu perempuan dan satu lelaki itu sangat dekat karena ternyata mereka saling mengenal dan saling melindungi satu sama lain.
Selingkuh, mungkin bukan hal baru. Entah bagi mereka yang belum menikah, atau sudah menikah dengan usia pernikahan seumur jagung atau usia pernikahan bak pohon beringin.
Selingkuh juga dekat dengan orang-orang di terdekat saya.

Dan tentang selingkuh ini pun saya dan suami membicarakan sambil makan sate di satu malam.
Entah mengapa, suami saya sering dan beberapa kali memimpikan saya selingkuh. Aduh suamiku....

Dari obrolan kami, saya cukup kaget dengan pernyataan lelaki yang telah kupilih menjadi pendamping hidupku.

Kalau saya selingkuh? itu mungkin dan terbuka lebar, suamiku mengilustrasikan dengan sangat mudah. hingga saya sendiri cukup terbengong bengong. Kemudian saya bertanya, apa itu tidak bisa terjadi pada dirimu?

Dia, menjawab, bisa saja. Mengapa tidak. Tapi lelaki, menurutnya, hanya ada tiga kategori untuk dia bisa selingkuh.
Pertama, lelaki itu memiliki tampang lebih
Kedua, lelaki itu memiliki uang lebih
Ketiga, lelaki itu tidak memiliki kerjaan/kurang kerjaan

Kata suamiku lagi
"Tampang lebih"? Bu, jelek jelek begini saya suami mu. Artinya saya gak ganteng, biasa aja.
"Uang Lebih". Aduh bu, kamu saja masih sering beliin saya sepatu, kasih uang bensin, traktir
"Nggak ada kerjaan". Wah, kalau bisa mah kerjaan dibawa pulang terus.

Hihihi, sejenak saya tersenyum sendiri tapi rasanya ada yg aneh di kelopak mata saya. Semoga saja obrolan malam itu akan benar sampai akhir hayat.

Dan kalau saya bagaimana???? Untung saja saya sangat takut bila orangtua saya bunuh diri kalau saya selingkuh dan mereka mati karena cercaan adat.

Untung kami menjadi manusia biasa, serba cukup dan cukup dan masih memiliki rasa takut.
Lopyu Yulius Kristanto