Jumat, 08 Juli 2011

satu perempuan satu lelaki

makan siang kali ini, sungguh menarik. sambil menikmati pancake, saya mendengar cerita dan juga guyonan dari dua orang rekan kerja saya yang cukup unik.

satu perempuan cantik, menarik dan memiliki karir dan satu lelaku, berpampilan biasa tapi memiliki jabatan. keduanya adalah teman baru saya dan keduanya membuat saya belajar memahami betapa cinta itu sungguh harus dicari dan sulit untuk dimiliki.

catatan kecil, satu perempuan dan satu lelaki itu sudah memiliki anak, dan tentu saja masih hidup dengan suami serta istri mereka. Tapi mereka sungguh blak blakan menceritakan bagaimana mereka memiliki seseorang disana yang tentu saja bagi mereka itulah cinta mereka.

WOW. Dasyat!!!!!
Selingkuh? ya seperti itu sudah bisa saya katakan. Bagaimana satu perempuan dan satu lelaki itu sangat dekat karena ternyata mereka saling mengenal dan saling melindungi satu sama lain.
Selingkuh, mungkin bukan hal baru. Entah bagi mereka yang belum menikah, atau sudah menikah dengan usia pernikahan seumur jagung atau usia pernikahan bak pohon beringin.
Selingkuh juga dekat dengan orang-orang di terdekat saya.

Dan tentang selingkuh ini pun saya dan suami membicarakan sambil makan sate di satu malam.
Entah mengapa, suami saya sering dan beberapa kali memimpikan saya selingkuh. Aduh suamiku....

Dari obrolan kami, saya cukup kaget dengan pernyataan lelaki yang telah kupilih menjadi pendamping hidupku.

Kalau saya selingkuh? itu mungkin dan terbuka lebar, suamiku mengilustrasikan dengan sangat mudah. hingga saya sendiri cukup terbengong bengong. Kemudian saya bertanya, apa itu tidak bisa terjadi pada dirimu?

Dia, menjawab, bisa saja. Mengapa tidak. Tapi lelaki, menurutnya, hanya ada tiga kategori untuk dia bisa selingkuh.
Pertama, lelaki itu memiliki tampang lebih
Kedua, lelaki itu memiliki uang lebih
Ketiga, lelaki itu tidak memiliki kerjaan/kurang kerjaan

Kata suamiku lagi
"Tampang lebih"? Bu, jelek jelek begini saya suami mu. Artinya saya gak ganteng, biasa aja.
"Uang Lebih". Aduh bu, kamu saja masih sering beliin saya sepatu, kasih uang bensin, traktir
"Nggak ada kerjaan". Wah, kalau bisa mah kerjaan dibawa pulang terus.

Hihihi, sejenak saya tersenyum sendiri tapi rasanya ada yg aneh di kelopak mata saya. Semoga saja obrolan malam itu akan benar sampai akhir hayat.

Dan kalau saya bagaimana???? Untung saja saya sangat takut bila orangtua saya bunuh diri kalau saya selingkuh dan mereka mati karena cercaan adat.

Untung kami menjadi manusia biasa, serba cukup dan cukup dan masih memiliki rasa takut.
Lopyu Yulius Kristanto

4 komentar:

  1. hahahahahaaaaa, mudah2an suamiku disana seperti Yulius Kristanto ya. Tampang Lebih? "dikit (chasing kan jg perlu coy)". Uang lebih? "smua ditransfer ke gw". Gak ada kerjaan? "mudah2an disana dia kerja dan hanya kerja".... ay lop yu Abdul Rasyid Arif....

    BalasHapus
  2. waduh, kurang kerjaan nh gw!!
    ;-D

    BalasHapus
  3. Wahhhh, BAH....aya tuh! ayo Qta lapor ke abang G! biar babehnya digarap suruh nyuci, nyapu, ngepel dll....:)p

    BalasHapus
  4. wuakakak...saya baru sadar kalian mengomentarin ini. thanks ya

    BalasHapus