Selasa, 09 November 2010

Panggilan Mamak dari Janet


Sejak dalam kandungan, saya selalu berdoa, bisa menyaksikan sendiri moment kepandaian buah hati saya. Mengapa saya meminta hal tersebut? Karena banyak cerita saya dengar dari teman-teman khususnya teman yang bekerja, seringkali mereka terlewatkan momen saat si kecil mulai pamer kepintaraan. Dari cerita mereka, saya menangkap kesedihan dan kekecewaan, tapi apa dikata memang konsekuensi sebagai ibu dan wanita bekerja seperti itulah.
Belajar dari cerita teman-teman, saya mencoba dan berusaha untuk bisa melihat dan menikmati setiap momen indah dalam perjalanan tumbuh kembang anak saya, Janet Naulita Christabel. Dan sejak dalam kandungan saya sudah berucap, “Nak, kalau mau pamer kepintaraan di depan ibu ya.”
Janet tumbuh sebagai bayi yang sehat dan aktif. Sejak usia satu bulan, kepalanya sudah kuat untuk diangkat-angkat, usia dua bulan mulai belajar tengkurep, meski belum bisa membalikkan badan sendiri. Usia empat bulan, Janet mulai belajar membalikkan badan, dan diusia lima bulan, ia sudah bisa duduk sendiri. WOW...rasanya semua itu indah dan saya bisa melihat sendiri semua aksi pamer kepandaian itu.
Usia sembilan bulan, Janet mulai belajar mengucapkan kata-kata meski belum jelas benar. Namun, ada satu kata yang sangat jelas ia sebut, Janet bisa memaggil “Pak”, untuk sebutan bapak. Saya dan suami yang saat itu memang mendengar sendiri, terharu dan bangga. Tetapi dihati kecil saya, sempat merasa sedih dan kecewa.” Kok Janet memanggil pak, bukan ma untu mama. Saya kan yang lebih banyak waktu bersama Janet.” Tapi sudahlah yang penting momen kata pertamanya tersebut tidak terlewat bagi saya dan suami.
Berjalan waktu, dan usianya, Janet semakin pandai bahkan ia sudah bisa memanggil bapak dengan jelas, dan tetap saya ma atau mama tidak terucap dari bibir mungilnya. Sedih dan sedih. Itulah perasaan saya. Dikala Janet tidur, saya sering membisikkan di kupingnya, “Janet, ini mama. Mama sayang Janet. Ayo dong nak, mama ingin sekali mendengar kamu memanggil mama.”
Saya menunggu dan menunggu waktu mendengar Janet memanggil saya mama. Namun, saat Ulang Tahun Pertama Janet, tetap saja kata mama tidak terucap. Hanya bapak dan bapak. Tetapi kesedihan saya bisa terobati karena momen langkah pertama Janet bisa saya kembali lihat sendiri. Ya, tepat di usia Janet satu tahun, ia berjalan sendiri, dengan kakinya yang mungil menuju saya dengan senyumnya yang lebar dan memeluk saya. “Terimakasih Tuhan”. Ucapku dalam hati. Sungguh ini momen yang tidak pernah saya lupakan.
Saya pun tidak lagi memaksakan waktu untuk saya dapat mendengar Janet bisa mengucapkan mama. Meski jujur, saya iri dengan suami, sebab, Janet sudah bisa menyebutkan bapak dengan jelas dan bagi saya terdengar sangat indah tapi miris. “Kapan giliran saya ya?”
Dan tibalah momen yang saya nantikan itu. Beberapa hari yang lalu, saya bermain bersama Janet. Saat itu kami bermain “beres-beres” satu permainan dimana saya mengajarkan Janet untuk bisa membereskan mainan dan sepatunya. Janet sangat menyukai permainan itu. Ia belajar mengeluarkan mainan dan memasukkan kembali. Dan kalau saya bilanng, Janet sepatu ditaru dimana? Janet langsung menuju tempat sepatunya.
Saat saya sedang asyik membereskan sepatu Janet, tiba-tiba saya mendengar suara yang memanggil, “Mamak”. Janet mengeluarkan kata, Mamak dari mulut munggilnya sambil menuju ke arah saya dan membawa sepatunya. Spontan saja saya menoleh dan bertanya kembali, Janet panggil mama? Janet mengulang kembali kata , “Mamak”. Merasa tidak percaya kembali bertanya, “Janet panggil mama?”. Ini nyata dan bukan mimpi, Janet memanggil saya dengan kata “Mamak”. Saya langsung memeluk dan menciumnya. “Tuhan, terimakasih untuk momen terindah yang sudah saya tunggu lama.”
Diusia Janet 15 bulan, akhirnya Janet bisa memanggil saya dengan kata Mamak. Lengkap sudah kebahagiaan saya dan semua doa saja terjawab. Setiap momen tumbuh kembang Janet saya lihat sendiri dan menjadi catatan harian saya untuk Janet kelak. Terimakasih sayang, mamak bahagia sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar